AZKA DAN AYAHNYA
Menulis untuk sejarah, dakwah, dan amal jariyah
Kamis, 22 September 2022
Di Sekolah Brainfor yang Spesial
Selasa, 04 Januari 2022
Jejak Aroma Jingga
Tertatih menapakkan jejak. Kadang tak kuasa mengelak akan duri yang beranak pinak. Menusuk, patah, dan membusuk, kemudian tertawar sendiri dalam gerak. Hingga muak. Bahkan tak ada rasa yang berbisa. Semua menjadi biasa. Doa doa itu meski belum sampai pada pencipta, tak salah pula selalu ku tumpahkan. Hingga mengambangkan duri di lautan dalam. Tak lagi langkah terhenti dan tertanam. Mendayung sampan kehangatan.
Kupikir dengan sampan akan sampai dengan aman. Ternyata tidak. Ombak pula
semakin garang. Menghantam, menghempas, hingga gelombang kandas pada karang.
Sampanku tak boleh patah. Sebab kini aku tak sendiri mengarungi peradaban. Ada
banyak teman yang menguatkan. Teman sepanjang jalan kehidupan pun tak boleh
tertinggalkan. Bersampan di lautan. Kuat dan menghangatkan. Meski banyak pula
yang harus berpulang. Memulangkan derita, memulangkan cerita, hingga
memulangkan air mata. Air mata yang seketika asin dan menerbitkan tawa. Entah
itu bahagia atau sebaliknya. Sampan ku kayuh, tak boleh mengeluh. Entah di mana
ujung laut ini hendak di tempuh, biarlah usaha yang beriring doa menjadi obat
luka ampuh. Boleh jadi seketika pintu yang berjendela tertemukan saat
tersimpuh, di tengah sana. Bersama matahari yang meronakan senja. Kita
mengumandangkan adzan, berdoa, dan berkumpul berteman cahaya rembulan malam,
bersama gembira beriring irama malam.
Jangan berhenti, tak boleh pasrah. Hidup tak boleh menyerah. Meski jendela
patah dan berlipat tak henti, jadikan tangga menuju awan, di atas sampan, di
tengah sana bersama matahari yang beraroma jingga. Aku tunggu.
--
Tanggal ini, 14 tahun lalu aku, emak, ayah, bersama keluarga besar sedang
dalam perjalanan untuk menghalalkanmu di Kota Langsa. Esok pagi, adalah hari 14
tahun lalu kita duduk di pelaminan.
Ah, pandai nian kau mengurus anak-anakku ditambah aku yang semakin hari
selalu kekanak-kanakan. Sungguh!
Kisaran, 03 Januari 2022
Rabu, 23 Juni 2021
Silaturrahim Literasi di TBM Azka Gemilang Kisaran Kabupaten Asahan Sumut
Mengumpulkan yang Terserak, Mendekatkan yang Jauh.
Sudah lama tak bergiat ramai di TBM Azka. Biasanya hanya silih berganti satu-satu komunitas saja. Ada niat 3 bulan sekali bertemu giat literasi yang dibarengi dengan mengaji. Siapa sangka, akhir Mei 2021, Bang Hasan Albana Sastrawan Nasional berambut romantis ini berkabar, ada tugas negara dari Badan Bahasa Kemdikbud yang diamanahkan ke beliau untuk disampaikan ke Asahan. Sebagai satu dari 3 tempat yang menjadi tujuan tugas tersebut. MasyaAllah, gayung bersambut.
Alhamdulillah teman-teman yang tergabung dalam Forum TBM (FTBM) Asahan yang bergeliat di TBM dapat hadir pada momen ini. Bang Wenz, dengan ciri khas langsung action dengan perlatan tempurnya, Seniorita Ridha yang juga pengurus wilayah FTBM membersamai sampai ujung episod. Budi Santoso, pemuda hebat segudang prestasi pendiri Rumah Caper yang pernah jadi menteri sehari memberikan kesejukan di TBM Azka. Bang Anwari, pegiat literasi desa yang sukses ini tak mau ketinggalan.
Sabtu, 22 Mei 2021
Menentukan Pilihan
Anak kami, Alul, bulan Juli tahun ini akan masuk sekolah jenjang SMP. Ia baru saja menamatkan pendidikannya di SDIT Ar Roja Kisaran. Tamat tanpa ujian nasional, dan tamat dimasa pandemi covid 19. Orang-orang bilang generasi yang tamat tahun 2020 dan tahun 2021, termasuk yang beruntung, atau mungkin pula sebaliknya. Sebab beruntung tak mengikuti ujian nasional yang menjadi momok bagi sebagian besar siswa di Indonesia juga para orang tua. Sebab bila tak lulus dengan nilai yang sudah ditentukan sudah barang tentu dinyatakan pula tak lulus dari SD, atau SMP, pua SMA.
Keberuntungan juga, sudah 2 tahun ini, indikator kelulusan tak terlalu ketat. Yang penting anak memenuhi tugas-tugas yang diberikan, mengumpulkan ke sekolah, dan tugas-tugas lainnya, tentu sudah dipastikan anak akan naik kelas dan pada jenjang akhir akan dapat tamat sekolah. Inilah sekolah di masa pandemi.
Kerugiannya, ilmu yang didapat dari sekolah tak maksimal. Maksimal dalam artian selama ini mereka berteman, mendapatkan contoh tauladan dari guru bila di sekolah, dan aneka aktivitas lainnya, itu tak di dapatkan lagi. Sebab, pembelajaran dari rumah saja. Melalui teknologi. Sudah berjalan tahun ke dua. Itulah sekolah di masa pandemi. Semua wajib beradaptasi.
Untungnya, di lingkungan rumah kami yang tak jauh dari masjid, ada program yang dibuat oleh pengurus untuk memberdayakan anak-anak usia sekolah. Salah satunya mendirikan sekolah tahfidz gratis yang diajari oleh siswa sekolah Aliyah, pelatihan tapak suci, dan adanya ikatan pelajar Muhammadiyah. Semuanya dalam naungan Muhammadiyah Ranting Siumbut-umbut. Dilaksanakan di masjid.
Meski belajar dari rumah saja, Alul, dan adiknya Kahfi, dapat mengikuti sekolah tahfidz dan tapak suci di lapangan masjid. Tentu saja, mereka punya teman yang banyak. Mereka juga tak mau ketinggalan, bila aku sedang ikut kajian yang dilaksanakan ranting Muhammadiyah Siumbut-umbut setiap malam Sabtu.
Sementara di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Alul juga terlibat sebagai anggota pengurus. Otomatis, dalam sejumlah aktivitas ia juga menjadi panitia kegiatan. Misalnya pengajian saban malam rabu, dan aktivitas menyambut ramadan kemaren Alul dan kawan-kawannya melaksanakan agenda besar. Khitanan massal. Dikelola oleh anak-anak sekolah, acara berjalan dengan lancar, tak ada masalah. Ada 23 anak yang dikhitan secara gratis. Masya Allah. Dan Alul, satu-satunya siswa SD yang terlibat aktif dalam kepanitiaan. Sisanya sudah siswa SMA dan Aliyah.
Nah, efek dari bergabung dengan IPM, ia terkontaminasi. Suatu hari di bulan Januari 2021, saaat pulang ke rumah pasca kegiatan di masjid, ia menyampaikan keinginannya. Sudah menentukan pilihan katanya. Untuk melanjutkan sekolah tingkat SMP di MTs Muhammadiyah 3 saja. Kenapa gitu? katanya ga papa, sudah ga mau pilih lainnya lagi. Awalnya, kami sempat menawarkan untuk sekolah di Langsa saja, tempat neneknya. Bahkan sudah menjajaki, melihat, dan mendapatkan informasi sekolah di sana. Usut punya usut, ternyata kawan-kawan Alul yang aktif di IPM, sebagian besar alumni dari MTs tersebut. Melihat kemampuan mereka berbicara, mengaji, dan lain sebagainya, serta provokasi ketua IPMnya, maka Alul sudah bulat menentukan pilhan hanya di MTs Muhammadiyah 3 Kisaran.Pilihan sudah ditentukan. Tugas kami sebagai orang tua tentu mencari informasi sebaik-baiknya terkait sekolah. Meski kenal dengan sejumlah gurunya, tentu saja ia harus melanjutkan sekolah setidaknya yang punya program menghafal alqur’an, yang guru dan siswanya berpakaian syar’i, seperti di sekolah dasar sebelumnya. Bilapun tak mendekati, setidaknya ia bertemu dengan teman-teman yang baik pula. Kami yakin hal itu dapat ditemukan di sekolah yang akan ditujunya. Bilapun tak semua ditemukan, maka sudah tugas kami orang tua menjadi wajib mengajarkan yang lebih baik lagi. Bukankah aku, ayahnya dulu juga alumni sekolah Muhammadiyah di Kisaran juga.
Alhamdulillah.
Selasa, 30 Maret 2021
Rabu, 16 Desember 2020
Rabu, 08 Juli 2020
AYAH
Sabtu, 17 November 2018
Sinopsis Film Bharat Ane Nenu (2018)
Minggu, 28 Oktober 2018
Selasa, 31 Juli 2018
DIALOG KISARAN
Ada sejarah yg tak kan hilang
Saat langkah kecil penuh berani jadi pacuan
Menahan luka dalam linangan
Ah, entahlah!
Seperti gerimis petang ini
Kusajakkan bait menanti pulang
Diperaduan teras parasamya..
Masih menganga terkoyak abrasi
Menanti tangan-tangan lentik untuk mengobati
Tanpa peduli status atau limpahan harta
*
Meliuk-liuk sampai danau toba
Merehatkan Sang Dewa di peraduan Cina
Sambil bersantai rupa laksana
Di taman indah Parasamya
Ah, ceritamu kini masa lalu
Tertinggal di kulit-kulit kayu
Kemudian hanyut dalam kenangan pilu
Sampai tak tahu harus berkata apa pada anak cucu
Tentang daging dan kulit bernama melayu
Meski hilang Melayu bernama
Sejarah menjejak berujud rupa
Sampailah kita pada cipta dan cerita
Hingga tak linglung cucu menelusur senja
Biarkan cerita jadi sejarah
Tentang riak air
Tentang gelisah
Tentang rindu
Tentang kamu!
*
Ah,
Kisar Naga!
Wujud rupa tak terbaca
Mengering, lalu tenggelam
Dalam sajak
Dalam linangan
Tak ada janji seperti janji para nabi di kota ini
Yang tetap merangkul bahkan memberi bukti
Berbaik sangkalah pada setiap budi
Walau tak mesti disanjung puji
Cita dan cita masih merayapi
Menekuk jantung dan hati
bukan kotak berbentuk petak
Bukan pula roti berisi remah-remah sajak
Ribuan cita kita bangun di atasnya
Kelak menjadi peradaban tak lemah pada generasi berikutnya
Seperti pinta Tuhan pada ummatnya
17 Juli 2013
BELAJAR DARI NORWEGIA
Senin, 30 Juli 2018
MEMBACA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
Saya membacakan cerita untuk anak-anak di TBM Azka Siumbut-umbut Kec. Kisaran Timur Kab. Asahan Sumut |