Kamis, 22 September 2022

Di Sekolah Brainfor yang Spesial

Saya banyak bersyukur kepada Allah ﷻ yang tak pernah berhenti menuangkan rezeki berlimpah kepada saya. Rezeki berlimpah itu dengan aneka macamnya, termasuk selalu bertemu dengan sahabat-sahabat baik. Salah satunya adalah dengan rezeki berlimpah menjadi kepala sekolah di Sekolah Islam Terpadu Brainfor Asahan. Ketua yayasannya teman sekolah saya, beliaulah yang mengajak saya untuk bergabung di sekolah ini, tempat melabuhkan hati setelah TBM Azka Gemilang yang saya dirikan. Kerennya, yayasan ini didirikan dan diinisiasi oleh banyak orang, demi turut serta memajukan pendidikan di Asahan, serta meletakkan bakti pada negeri dan agama melalui jalur pendidikan. Di sekolah ini benar-benar spesial. Tak hanya mengajarkan peserta didik untuk mendapat pengetahuan, namun dengan segenap sumber daya dan aneka latar belakang ilmu yang dimiliki oleh pengurus, pembina, pengawas yayasan, kami para guru di sekolah Brainfor dibekali aneka ilmu pula. Saban Sabtu, ilmu itu kami lahap. Sebab, anak-anak hebat yang menunaikan ibadah ilmu pengetahuan di Brainfor dari Senin sampai Jum'at saja. Hari Sabtu, menjadi hari spesial bagi para guru dan yayasan. Seperti hidangan yang tak pernah mengenyangkan, kami terus melahap setiap pengetahuan dari pengurus yayasan tanpa henti. Ilmu-ilmu itu kami pelajari secara percuma namun hasilnya benar tak cuma-cuma. Bahkan saya yang termasuk manusia fakir ilmu atas ilmu-ilmu yang diajarkan itu, menjadi bertambah ribuan pengetahuan dan kebaikan yang beranak pinak. Salah satunya adalah pembelajaran menyunting video sebagaimana di bawah https://www.youtube.com/watch?v=nuA6eVBE2y8 yang dibimbing langsung oleh Sekretaris Yayasan, setelah sebelumnya berturut-turut dari ketua yayasan, bendahara, pembina menjadi mentor kami, dengan aneka materi luar biasa serta praktik langsung. Jujur, sejak lama saya sangat ingin sekali menguasai kemampuan menyunting video, meski dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang tinggal unduh saja, tetapi tetap tak pernah maksimal. MasyaAllah, di Brainfor-lah ilmu ini saya dapatkan. Diajarkan oleh pengurus yayasan. Di sekolah Brainfor, benar-benar spesial. Mau tahu perkembangan sekolah kami, sila kunjung ke https://brainforschool.com/

Selasa, 04 Januari 2022

Jejak Aroma Jingga

Tertatih menapakkan jejak. Kadang tak kuasa mengelak akan duri yang beranak pinak. Menusuk, patah, dan membusuk, kemudian tertawar sendiri dalam gerak. Hingga muak. Bahkan tak ada rasa yang berbisa. Semua menjadi biasa. Doa doa itu meski belum sampai pada pencipta, tak salah pula selalu ku tumpahkan. Hingga mengambangkan duri di lautan dalam. Tak lagi langkah terhenti dan tertanam. Mendayung sampan kehangatan.


Kupikir dengan sampan akan sampai dengan aman. Ternyata tidak. Ombak pula semakin garang. Menghantam, menghempas, hingga gelombang kandas pada karang. Sampanku tak boleh patah. Sebab kini aku tak sendiri mengarungi peradaban. Ada banyak teman yang menguatkan. Teman sepanjang jalan kehidupan pun tak boleh tertinggalkan. Bersampan di lautan. Kuat dan menghangatkan. Meski banyak pula yang harus berpulang. Memulangkan derita, memulangkan cerita, hingga memulangkan air mata. Air mata yang seketika asin dan menerbitkan tawa. Entah itu bahagia atau sebaliknya. Sampan ku kayuh, tak boleh mengeluh. Entah di mana ujung laut ini hendak di tempuh, biarlah usaha yang beriring doa menjadi obat luka ampuh. Boleh jadi seketika pintu yang berjendela tertemukan saat tersimpuh, di tengah sana. Bersama matahari yang meronakan senja. Kita mengumandangkan adzan, berdoa, dan berkumpul berteman cahaya rembulan malam, bersama gembira beriring irama malam.

Jangan berhenti, tak boleh pasrah. Hidup tak boleh menyerah. Meski jendela patah dan berlipat tak henti, jadikan tangga menuju awan, di atas sampan, di tengah sana bersama matahari yang beraroma jingga. Aku tunggu.

--

Tanggal ini, 14 tahun lalu aku, emak, ayah, bersama keluarga besar sedang dalam perjalanan untuk menghalalkanmu di Kota Langsa. Esok pagi, adalah hari 14 tahun lalu kita duduk di pelaminan.

Ah, pandai nian kau mengurus anak-anakku ditambah aku yang semakin hari selalu kekanak-kanakan. Sungguh!

Kisaran, 03 Januari 2022

 


Rabu, 23 Juni 2021

Silaturrahim Literasi di TBM Azka Gemilang Kisaran Kabupaten Asahan Sumut

Mengumpulkan yang Terserak, Mendekatkan yang Jauh.

 Sudah lama tak bergiat ramai di TBM Azka. Biasanya hanya silih berganti satu-satu komunitas saja. Ada niat 3 bulan sekali bertemu giat literasi yang dibarengi dengan mengaji. Siapa sangka, akhir Mei 2021, Bang Hasan Albana Sastrawan Nasional berambut romantis ini berkabar, ada tugas negara dari Badan Bahasa Kemdikbud yang diamanahkan ke beliau untuk disampaikan ke Asahan. Sebagai satu dari 3 tempat yang menjadi tujuan tugas tersebut. MasyaAllah, gayung bersambut.


Alhamdulillah teman-teman yang tergabung dalam Forum TBM (FTBM) Asahan yang bergeliat di TBM dapat hadir pada momen ini. Bang Wenz, dengan ciri khas langsung action dengan perlatan tempurnya, Seniorita Ridha yang juga pengurus wilayah FTBM membersamai sampai ujung episod. Budi Santoso, pemuda hebat segudang prestasi pendiri Rumah Caper yang pernah jadi menteri sehari memberikan kesejukan di TBM Azka. Bang Anwari, pegiat literasi desa yang sukses ini tak mau ketinggalan.
Bang Mulkan mengambil tempat secara khusus. Bang Irawan dan Bang Mulyadi yang duduk bersebelahan pun menjadikan suasana semakin sedap. Dea dari Rumah Baca sedekah Keroyokan dan Iqbal dari RBLA tak ketinggalan, terdepan pula di geliat ini. Paling spesial ada Bah Alam, dari Alam Tangkulok, malah memberikan tangkuloknya untuk Bang Hasan. Untunglah ada kamu bang, ada oleh-oleh dibawa pulang sama bang Hasan. Hihi..
Hebatnya, sejumlah kawan literasi lainnya yang belum tergabung di FTBM Asahan pun hadir. Utusan Rumah Belajar Kojab atas nama Bang Jefri Kurniawan menjadi tamu pertama yang datang. In time pula. MasyaAllah, malah membawa buah tangan. Lebih luar biasa, ada pula 2 orang utusan dari Ruang Baca Rumah Sakit Umum HAMS Kisaran. Kemudian perwakilan Fosil (Forum Aksi Literasi) Asahan pun menyertai. Siapa sangka pula ada bu Eva Mizkat, dosen UNA yang diundang khusus oleh Bang Hasan menjadi tamu juga pada acara ini.
Tentu, mengambil berkah kegiatan, Ustad Paidi Siswoyo didaulat menjadi pemberi tausyiah. MasyaAllah.
Silaturrahim literasi ini Insya Allah menjadi agenda 3 bulanan, agar tetap tercerahkan dan terjaga simpul yang kuat. Mengumpulkan yang terserak, mendekatkan yang jauh.

Sabtu, 22 Mei 2021

Menentukan Pilihan

    Anak kami, Alul, bulan Juli tahun ini akan masuk sekolah jenjang SMP. Ia baru saja menamatkan pendidikannya di SDIT Ar Roja Kisaran. Tamat tanpa ujian nasional, dan tamat dimasa pandemi covid 19. Orang-orang bilang generasi yang tamat tahun 2020 dan tahun 2021, termasuk yang beruntung, atau mungkin pula sebaliknya. Sebab beruntung tak mengikuti ujian nasional yang menjadi momok bagi sebagian besar siswa di Indonesia juga para orang tua. Sebab bila tak lulus dengan nilai yang sudah ditentukan sudah barang tentu dinyatakan pula tak lulus dari SD, atau SMP, pua SMA.

    Keberuntungan juga, sudah 2 tahun ini, indikator kelulusan tak terlalu ketat. Yang penting anak memenuhi tugas-tugas yang diberikan, mengumpulkan ke sekolah, dan tugas-tugas lainnya, tentu sudah dipastikan anak akan naik kelas dan pada jenjang akhir akan dapat tamat sekolah. Inilah sekolah di masa pandemi.

    Kerugiannya, ilmu yang didapat dari sekolah tak maksimal. Maksimal dalam artian selama ini mereka berteman, mendapatkan contoh tauladan dari guru bila di sekolah, dan aneka aktivitas lainnya, itu tak di dapatkan lagi. Sebab, pembelajaran dari rumah saja. Melalui teknologi. Sudah berjalan tahun ke dua. Itulah sekolah di masa pandemi. Semua wajib beradaptasi.

    Untungnya, di lingkungan rumah kami yang tak jauh dari masjid, ada program yang dibuat oleh pengurus untuk memberdayakan anak-anak usia sekolah. Salah satunya mendirikan sekolah tahfidz gratis yang diajari oleh siswa sekolah Aliyah, pelatihan tapak suci, dan adanya ikatan pelajar Muhammadiyah. Semuanya dalam naungan Muhammadiyah Ranting Siumbut-umbut. Dilaksanakan di masjid.

    Meski belajar dari rumah saja, Alul, dan adiknya Kahfi, dapat mengikuti sekolah tahfidz dan tapak suci di lapangan masjid. Tentu saja, mereka punya teman yang banyak. Mereka juga tak mau ketinggalan, bila aku sedang ikut kajian yang dilaksanakan ranting Muhammadiyah Siumbut-umbut setiap malam Sabtu.

    Sementara di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Alul juga terlibat sebagai anggota pengurus. Otomatis, dalam sejumlah aktivitas ia juga menjadi panitia kegiatan. Misalnya pengajian saban malam rabu, dan aktivitas menyambut ramadan kemaren Alul dan kawan-kawannya melaksanakan agenda besar. Khitanan massal. Dikelola oleh anak-anak sekolah, acara berjalan dengan lancar, tak ada masalah. Ada 23 anak yang dikhitan secara gratis. Masya Allah. Dan Alul, satu-satunya siswa SD yang terlibat aktif dalam kepanitiaan. Sisanya sudah siswa SMA dan Aliyah.

    Nah, efek dari bergabung dengan IPM, ia terkontaminasi. Suatu hari di bulan Januari 2021, saaat pulang ke rumah pasca kegiatan di masjid, ia menyampaikan keinginannya. Sudah menentukan pilihan katanya. Untuk melanjutkan sekolah tingkat SMP di MTs Muhammadiyah 3 saja. Kenapa gitu? katanya ga papa, sudah ga mau pilih lainnya lagi. Awalnya, kami sempat menawarkan untuk sekolah di Langsa saja, tempat neneknya. Bahkan sudah menjajaki, melihat, dan mendapatkan informasi sekolah di sana. Usut punya usut, ternyata kawan-kawan Alul yang aktif di IPM, sebagian besar alumni dari MTs tersebut. Melihat kemampuan mereka berbicara, mengaji, dan lain sebagainya, serta provokasi ketua IPMnya, maka Alul sudah bulat menentukan pilhan hanya di MTs Muhammadiyah 3 Kisaran.

    Pilihan sudah ditentukan. Tugas kami sebagai orang tua tentu mencari informasi sebaik-baiknya terkait sekolah. Meski kenal dengan sejumlah gurunya, tentu saja ia harus melanjutkan sekolah setidaknya yang punya program menghafal alqur’an, yang guru dan siswanya berpakaian syar’i, seperti di sekolah dasar sebelumnya. Bilapun tak mendekati, setidaknya ia bertemu dengan teman-teman yang baik pula. Kami yakin hal itu dapat ditemukan di sekolah yang akan ditujunya. Bilapun tak semua ditemukan, maka sudah tugas kami orang tua menjadi wajib mengajarkan yang lebih baik lagi. Bukankah aku, ayahnya dulu juga alumni sekolah Muhammadiyah di Kisaran juga.

 


Alhamdulillah.

 

Rabu, 08 Juli 2020

AYAH


LELAKI YANG PERNAH GAGAH
(untuk ayah)
Oleh: Saufi Ginting


lelaki yang pernah gagah
tak akan letih mengurai tawa
meski butiran sesak menutup mata
jumawa
cintanya

lelaki yang pernah gagah
memburai ribuan kali darahnya
meski ngeri
tak pernah nyinyir
menyindir duka pada lukapun ia tak sudi

lelaki yang pernah gagah
menganga saban detik waktunya
tetiba alfa pada rabb-Nya
tidak pada zuriatnya
berurai cintanya
hingga khusuk irama setia
dunia

Lelaki yang menjadi gagah
hamburlah doa
syurgalah



Rumah Azka, 1 April 2020

Sabtu, 17 November 2018

Sinopsis Film Bharat Ane Nenu (2018)

Literasi film ya dari TBM Azka, film india.
Bharat Ane Nenu (2018)
Film ini berkisah tentang Bharat Ram yang diperankan oleh Mahes Babu siswa brilian dengan 5 gelar dari Oxford. Ia kembali ke India sebab ayahnya seorang Perdana Menteri, meninggal dunia. Ketika kembali ke India, partai politik yang didirikan oleh Ayahnya dan temannya telah menjadi partai politik besar dan yang ‘mengatur’ pemerintahan.
Ketua partai yang juga teman ayahnya, dan telah dianggap Bharat sebagai paman, tidak berkeinginan menggantikan posisi perdana menteri yang telah meninggal. Sebab merasa jabatannya lebih tinggi dari perdana menteri, dan berkuasa mengatur perdana mentri. Ia juga tak bersedia memberikan jabatan perdana menteri kepada pengurus partai dan koalisi partai karena khawatir akan perpecahan ditubuh partai.
Dengan harapan mendapat calon yang mudah diatur dan dikendalikan, ketua partai politik melarang Bharat kembali ke London, untuk kemudian diminta menjadi perdana menteri. Sebagai orang yang baru di India, dan tanpa pengetahuan politik, Bharat dapat belajar dengan cepat dan mengatur keadaan secara efisien. Tentu saja, hal ini menjadi dilema bagi partai politik yang memilih Bharat, dan partai koalisi lainnya. Mereka merasa tersisihkan dan mulai khawatir serta terusik dengan sikap kepemimpinan Bharat yang ingin transparan dan adil merata.
Konflik terus meningkat, meskipun harus terganggu dengan lagu khas film India yang wajib dan harus dipercepat, serta adegan pertarungan tunggal Bharat dengan puluhan orang yang tak masuk akal dalam dunia nyata. Hingga pada titik Bharat harus mengundurkan diri dari jabatan Perdana menteri, karena memang dikondisikan seperti itu oleh partai politiknya.
Kondisi politik yang diangkat dalam film ini mengingatkan om Azka pada suatu negeri dimana seorang perdana menteri ‘katanya’ lebih patuh dengan pimpinan partainya dalam mengelola negara. Entahlah...

Selasa, 31 Juli 2018

DIALOG KISARAN


-bersama Erni Wirdaningsih, Zain As Sahani dan Saufi Ginting-

Kisaran,
Ada sejarah yg tak kan hilang

Saat langkah kecil penuh berani jadi pacuan
Menahan luka dalam linangan

Ah, entahlah!
Seperti gerimis petang ini
Kusajakkan bait menanti pulang
Diperaduan teras parasamya..
Namun lukamu, duhai kota!
Masih menganga terkoyak abrasi
Menanti tangan-tangan lentik untuk mengobati
Tanpa peduli status atau limpahan harta
*
Duhai kota Kisar Naga!
Meliuk-liuk sampai danau toba
Merehatkan Sang Dewa di peraduan Cina
Sambil bersantai rupa laksana
Di taman indah Parasamya

Ah, ceritamu kini masa lalu
Tertinggal di kulit-kulit kayu
Kemudian hanyut dalam kenangan pilu
Sampai tak tahu harus berkata apa pada anak cucu
Tentang daging dan kulit bernama melayu
*
Jangan begitu, 
Meski hilang Melayu bernama
Sejarah menjejak berujud rupa

Sampailah kita pada cipta dan cerita 
Hingga tak linglung cucu menelusur senja
*
Jika senja kerap berlalu
Biarkan cerita jadi sejarah

Tentang riak air
Tentang gelisah
Tentang rindu
Tentang kamu!
*
Ah, 
Kisar Naga!
Wujud rupa tak terbaca
Mengering, lalu tenggelam
Dalam sajak 
Dalam linangan
*
Kita mahfum
Tak ada janji seperti janji para nabi di kota ini
Yang tetap merangkul bahkan memberi bukti

Berbaik sangkalah pada setiap budi
Walau tak mesti disanjung puji
Cita dan cita masih merayapi
Menekuk jantung dan hati

Ini kota, 
bukan kotak berbentuk petak
Bukan pula roti berisi remah-remah sajak
Ribuan cita kita bangun di atasnya
Kelak menjadi peradaban tak lemah pada generasi berikutnya
Seperti pinta Tuhan pada ummatnya


17 Juli 2013

BELAJAR DARI NORWEGIA

*Tulisan saya ini terbit di Majalah Suara Muhammadiyah 

Norwegia merupakan sebuah Negara kerajaan. Kerajaan Norwegia atau Kongeriket Norge (Noreg) dalam bahasa Norwegia, adalah sebuah negara Nordik di Semenanjung Skandinavia bagian ujung barat yang berbatasan dengan Swedia, Finlandia, dan Rusia. Luas total Norwegia adalah 385,525 km² dan populasi sebesar 4.9 juta. Norwegia merupakan negara dengan kepadatan penduduk terendah kedua di Eropa. Ibukotanya adalah Oslo. Norwegia memiliki cadangan minyak bumi, gas alam, mineral, makanan laut, air segar yang luas. Norwegia juga penghasil minyak dan gas alam per kapita terbesar di luar Timur Tengah. Selain terkenal dengan olah raga Ski dan kesenangannya berjemur, orang Norwegia juga terkenal sebagai salah satu kelompok masyarakat yang paling baik hati di dunia. Jika anda tersesat di Norwegia, tenang saja, pasti akan ada yang menolong Anda. Ditambah lagi, mereka bisa berbahasa Inggris. Jadi kesulitan yang kebanyakan turis alami di Spanyol, Italia, atau Perancis, tidak akan terjadi di Norwegia.
Sebelum awal abad ke-20, Norwegia merupakan bangsa miskin dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Namun, setelah memasuki awal abad- ke-20, Norwegia merupakan masyarakat berkembang dengan salah satu tingkat pendidikan tertinggi di Eropa. Ekspansi ilmu pengetahuan merupakan hal penting bagi pembangunan Norwegia moderen. Hingga saat ini, pengetahuan merupakan sumber daya terpenting bagi Norwegia. Hal ini terbukti dari catatan United Nations Development Programme (UNDP) yang merupakan badan PBB untuk masalah pembangunan seperti dikutip dalam situs BBC edisi 3 Nopember 2011, menunjukkan Norwegia menempati urutan teratas negara terbaik di dunia tahun ini didasarkan pada kriteria kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 124, jauh di bawah Brunei (posisi 33) dan Malaysia (posisi 61).
Norwegia mewajibkan setiap penduduk mengenyam 10 tahun dari pendidikan dasar dan Menengah semenjak anak berusia 6 tahun.  Materi yang diajarkan umumnya meliputi pengetahuan umum, budaya dan etika. Selanjutnya dilanjutkan dengan pendidikan menengah atas yang ditempuh selama 3 tahun dengan materi berimbang antara pengetahuan teoretis dan praktis. Pendidikan untuk semua umur merupakan konsep dasar dalam kebijakan pendidikan Norwegia. Dimanapun mereka tinggal, semua anak laki-laki dan perempuan memiliki hak sama untuk mengenyam pendidikan, tanpa memperhitungkan latar belakang sosial dan budaya dan kebutuhan akan perhatian khusus. Hal ini seperti dijelaskan oleh Asrori S. Karni (2008:103) dalam bukunya “Di balik buku terlaris dalam sejarah Indonesia: Laskar Pelangi the Phenomenon” bahwa sistem pendidikan di Norwegia mengizinkan setiap anak untuk dididik di sekolah terdekat. Semua anak-anak belajar bersama, yang awas dan tunanetra, yang mendengar dan tunarungu, mempunyai keterbelakangan mental dan tidak. Jika seorang guru kelas membutuhkan bantuan bagi satu kelas atau lebih, hal ini akan ditawarkan melalui pemerintah.
Veronica Colondam dalam sebuah tulisan di kickandy.com menguraikan ada fenomena unik di Norwegia yaitu remaja yang putus sekolah memang memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya, sementara di Indonesia putus sekolah terjadi karena ketiadaan biaya. Lanjut Colondam, ada dua alasan mereka "memilih" untuk tidak melanjutkan sekolah. Hal pertama adalah sebagian besar dari mereka ingin langsung bekerja. Artinya, jenjang pendidikan SMA dirasa tidak penting untuk mendapatkan pekerjaan seperti menjadi pelayan restoran, penjaga toko atau pekerjaan lain yang tidak terlalu butuh pendidikan tinggi. Hal kedua adalah fasilitas yang diberikan negara kepada rakyat yang tidak memiliki pekerjaan.
Sejak 2003, Norwegia mengikuti perjanjian Bologna untuk sistem pendidikan tinggi di Eropa. Pusat reformasi ini mengikuti sistem 3+2+3 yang terdiri dari 3 tahun pendidikan sarjana (bachelor), 2 tahun master dan 3 tahun Ph.D. Saat ini secara khusus pemerintah Norwegia mendorong pelajar untuk mengambil pendidikan di bidang matematika, sains dan teknologi.
Data statistik menunjukkan Norwegia memang surga bagi mahasiswa. Seperti dikutip dalam situs kaskus, selain karena iklim yang lebih beragam dan indah, hidup di sini juga mudah dan nyaman. Mudah karena sekolah murah sekali (biaya per semester untuk program master hanya sekitar Rp.600,000), transportasi publik yang sangat nyaman, teratur sebab jarang sekali terjadi kemacetan atau kecelakaan), dan tepat waktu, rasanya tidak perlu punya mobil sendiri. Di sini juga selalu ada pekerjaan (part-time atau full-time). Ketika kuliah, setiap bulan mereka akan menerima pinjaman tanpa bunga dari pemerintah sekitar Rp.16 juta  Kalau mereka berhasil lulus, hanya sekitar 60% dari total hutang saja yang perlu mereka bayar kembali kepada pemerintah.
Asep Mulyana yang menempuh satu semester di Norwegia untuk pendidikan S2 Ilmu Politik di sebuah suratkabar lokal di Jawa Barat menulis “biaya SPP yang harus saya bayar untuk menempuh program pascasarjana (S2) nilainya setara dengan Rp. 800 ribu saja. Itupun karena saya warga negara asing. Bandingkan dengan biaya SPP yang harus saya bayar untuk program yang sama di UGM. Di negeri sendiri, saya harus membayar SPP Rp 8 juta persemester”.
Memang benar biaya hidup di sana setinggi langit dan santunan senilai sekitar tiga puluh juta rupiah per bulan per orang, sebenarnya pas-pasan, cukup untuk makan dan tempat tinggal saja, tetapi gaji pekerja juga sangat tinggi (UMR Norwegia sekitar Rp. 180,000 per jam, sekitar 30 kali lebih tinggi dari UMR Indonesia). Petugas kebersihan di sini, mampu menyewa apartemen, mampu makan di restoran, mampu beli mobil, dan kalau dia pandai menabung, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Norwegia juga sangat nyaman karena segala sesuatu diatur dan diurus dengan baik, sehingga kualitas hidup masyarakatnya pun baik. Tidak perlu lagi masyarakat khawatir dengan giliran pemadaman listrik, langka BBM, atau keterbatasan akses terhadap air bersih. Di sini, kita bisa meminum air langsung dari keran mana saja di seluruh Norwegia, mau dari keran di rumah, di apartemen, maupun di toilet-toilet umum. Belum lagi kesadaran penduduknya akan kebersihan sudah sangat tinggi. Hampir tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan. Mereka juga telah memisahkan sampah ke dalam 5 kategori yang harus di buang di tempat sampah yang tersendiri: organik, kertas, kaleng, plastik, dan kaca (semua akan didaur ulang); dan di sini, sudah tidak ada lagi toilet yang berlantai becek, semua toilet kering dan bersih.  
Selain itu negeri ini sangat aman. Anda ketinggalan tas atau dompet di kereta api atau bus? Tenang, telpon saja perusahaan terkait, pasti mereka akan menemukan dan menyimpankan dompet Anda. Tidak akan ada yang mengambil dompet yang jatuh, yang ada, orang yang menemukan akan melapor ke petugas dan menyerahkan dompet tersebut. Belum selesai. Di sini, semua jenis transaksi dari beli permen, pulsa telepon sampai beli tiket pesawat, dapat diselesaikan dengan kartu debit/kredit maupun internet banking. Kita bahkan bisa membeli tiket di dalam kereta api (jika tengah buru-buru sehingga tidak sempat membeli di mesin tiket), dengan kartu. Mesin untuk pembayaran kartu ada di mana-mana, supir taksi, supir bis, petugas kereta api, toko-toko dari yang besar sampai yang kecil-kecil, semua punya. Sungguh memudahkan hidup, tulis seorang mahasiswa pascarjana yang dikutip kaskus.

Kita orang Indonesia adalah tipe masyarakat yang masih memiliki pondasi norma-norma sosial dan kesopanan yang tinggi.  Masyarakat Indonesia itu hangat, lebih bersahabat, lebih menghormati dan menyayangi orang tua, serta lebih senang berbagi dan silaturahmi. Tapi sayangnya kita masih miskin dan terbelakang dalam pembangunan. Jika mulai sekarang kita semua bekerja 1.5 kali saja lebih keras, sepertinya memiliki Indonesia yang adil, damai, dan sejahtera bukan hanya akan selalu jadi mimpi di siang bolong dalam 10 tahun ke depan. Tak perlu lah kita berpikir untuk melakukan aksi yang besar-besar, cukup mulai dari yang kecil-kecil saja. Seperti mulai berhenti membuang sampah sembarangan, mulai berhenti korupsi waktu, atau mulai dengan lebih berani mengakui kesalahan dan berhenti "menyogok" ketika ditilang Pak Polisi karena tidak memakai helm. Bukankah Indonesia dengan segala norma dan karakter bangsa-nya dapat menjadi negeri yang 10 kali lebih membahagiakan dari Norwegia? 

Senin, 30 Juli 2018

MEMBACA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

Saya membacakan cerita untuk anak-anak di TBM Azka Siumbut-umbut Kec. Kisaran Timur Kab. Asahan Sumut
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak hal yang terus berubah dan baru. Mulai dari gaya, budaya, dan bahkan dunia pendidikan. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga tidak meninggalkan generasi yang lemah di belakang kita. Selain itu, perlu diingat bahwa kita harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, sebab bisa jadi karakter yang kita berikan selama ini adalah tentang ilmu-ilmu umum, tapi masih belum kita kaitkan untuk mengingat Tuhan. Hal yang dapat diusahakan adalah memberikan tauladan yang baik bagi anak-anak kita, salah satunya dengan iqro’ (banyak membaca).
Nabi Muhammad SAW sebelumnya adalah orang yang tak pandai membaca, sampai ketika ia diperintahkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril supaya pandai membaca. Sejarah ini terekam dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5, merupakan wahyu pertama yang dimulai dengan kata Iqro, “Bacalah!”. Hal ini mengisyaratkan kepada kita agar mampu menjadi pribadi yang gemar membaca. Membaca dalam konteks yang diajarkan Allah kepada kita tidak hanya kepada kitab, tapi semua yang telah diciptakan oleh Allah SWT baik yang tersurat (tekstual) atau tersirat (kontekstual). Ayat tersebut memberi isyarat yang sangat baik bagi pola pikir manusia, khususnya bagi umat Islam. Dengan penurunan ayat tersebut pada tahap awal, Allah SWT mengingatkan bahwa nilai bacaan berada pada posisi yang utama. Karena itu, sabda Rasulullah SAW  “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” merupakan anjuran yang sangat erat kaitannya dengan wahyu pertama.