Kamis, 26 Juli 2018

REVOLUSI DI SUNGAI MERAH; AGUS MARWAN

RESENSI
BELAJAR DARI VIETNAM

Judul Buku   : Revolusi di Sungai Merah; 
                        Perjuangan Vietnam di  Pusaran Kolonialisme 
                        dan Globalisasi
Penulis          : Agus Marwan
Penerbit         : Ombak
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku   : xx+204 halaman
ISBN               : 978-602-258-439-1
Peresensi      : Saufi Ginting*

Sejarah masa lampau diperoleh melalui proses penelitian yang dilakukan berdasarkan disiplin sejarah atau ilmu sejarah sehingga mampu menemukan sumber-sumber yang tepat sesuai dengan topik yang ditulis. Dalam usaha menyingkap sejarah, kita akan mendapatkan sejarah sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi dalam lingkup kehidupan manusia pada masa lampau yang akan meninggalkan bukti-bukti sejarah.
            Berlatar belakang Sarjana Ilmu Politik jurusan Hubungan Internasional, Agus Marwan mengurai sejarah Vietnam dengan apik. Maka pantas kalau dalam pengantarnya, Prof. Dr. Bambang Cipto, Guru Besar bidang Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan bahwa buku ini pantas dibaca oleh mahasiswa, wartawan, peneliti, dan dosen yang tertarik dengan dinamika politik dan ekonomi negara Vietnam.
            Buku tulisan Agus Marwan yang berjudul 'Revolusi di Sungai Merah; Perjuangan Vietnam di Pusaran Kolonialisme dan Globalisasi' dengan tebal 204 halaman ini, memberikan gambaran yang mendalam tentang keberhasilan para pejuang kemerdekaan Vietnam mengatasi konflik ideologi diantara kaum pergerakannya hingga era Globalisasi. Meskipun tergolong bacaan yang 'berat' tapi menjadi menarik sebab memberikan informasi bagaimana strategi perang gerilya, model gerakan bawah tanah, teknik sabotase, cara merakit senjata sederhana, pola konsolidasi dan komunikasi antarpejuang, siasat membangun markas perencanaan dan logistik di tengah rakyat, survive di hutan belantara, taktik membangun media penyiaran nasional, dan strategi membangun komunikasi internasional.          
            Secara garis besar, buku ini mengurai tentang (1) sejarah revolusi, (2) Kebijakan Doi Moi, (3) Faksionalisasi internal partai, dan (4) Catatan singkat soal potret Vietnam masa kini. Pada pembahasan tentang sejarah revolusi, Vietnam dipenuhi banyak konflik dengan bangsa asing yang menghasilkan gerakan kemerdekaan Vietnam. Terdapat dua kelompok pejuang di Vietnam yang masing-masing sulit untuk bersatu dalam melawan Perancis. Pertama, kelompok nasionalis. Kedua, kelompok sosialis komunis. Perjuangan kaum nasionalis selalu gagal karena tidak memiliki pemimpin yang cakap dan organisasi perjuangan yang tidak tertata rapi (hal 19).  Sementara kaum sosialis-komunis tetap bertahan dalam memimpin gerakan disebabkan oleh kecerdikan, keuletan, dan keunggulan pemimpin utama mereka Nguyen Van Coong atau lebih dikenal dengan nama samarannya Ho Chi Minh (hal 30).
            Ada dua peranan Ho Chi Minh yang sangat menonjol dalam memimpin pergerakan kemerdekaan Vietnam. Pertama, secara Internal mampu menciptakan dan membentuk kader-kader yang tangguh dan militan. Hal ini juga didukung oleh kemampuannya dalam mengelola dan menata kerja organisasi perjuangannya. Kedua, secara eksternal berjuang bersama dan atas nama rakyat yang tertindas untuk merebut kemerdekaan tanah airnya (hal 31). Untuk lebih jelas mengenal siapa Ho Chi Minh, penulis dengan detail menguraikan latar belakangnya hingga menjadi Marxis dan terlibat dalam gerakan komunisme internasional pada halaman 32 s/d 38 dalam buku ini.
            Kemenangan Vietnam atas Amerika Serikat juga diuraikan dengan panjang lebar dalam buku ini pada halaman 54 s/d 67. Termasuk membuat lorong-lorong bawah tanah tempat pemusatan pertahanan Vietkong yang dikenal dengan nama Cu Chi. Jaringan terowongan bawah tanah Cu Chi begitu rumit dan dibuat bertingkat-tingkat dengan terowongan-terowongan semu serta lubang-lubang jebakan yang terkamuflase dengan rapi. Lorong ini menyediakan hampir semua fasilitas pertempuran, seperti ruang istirahat atau tidur, dapur, depot-depot penyimpanan material, pos pengintai dan penembakan dan perlengkapan sistem komunikasi. Semakin menarik sebab penulis juga pernah menyusuri terowongan ini pada tahun 2012.
            Pembahasan kedua tentang kebijakan Doi Moi. Kebijakan Doi Moi merupakan gagasan Nguyen Van Linh, orang Vietnam Utara yang lebih banyak melewatkan waktunya sebagai pemimpin gerilyawan Vietkong di Vietnam Selatan. Dalam bahasa Vietnam Doi Moi disebut sebagai reformasi ekonomi. Reformasi ini secara garis besar terdiri dari 9 aspek, yaitu (1) pembaharuan sistem pertanian, (2) liberalisasi harga, (3) penurunan standar mata uang Vietnam (dong) terhadap dolar, (4) penyesuaian nilai suku bunga, (5) pembaharuan fiskal, (6) peningkatan sektor swasta (7) pembukaan bagi penanaman modal asing, (8) pembaharuan sistem perdagangan, dan (9) pengaturan tunjangan sosial (hal 97-101). Walaupun Doi Moi telah ditetapkan dalam kongres Partai ke-6, namun pelaksanaannya baru dimulai tahun 1987-1988. Pada awalnya arus pembaruan hanya dalam bidang ekonomi, akan tetapi dalam praktiknya juga mempengaruhi masalah politik dalam negeri.
            Faksionalisasi merupakan pembahasa ketiga dalam buku ini yang dapat kita baca pada halaman 146 s/d 174. Sejarah faksionalisasi di tubuh partai terjadi karena persaingan antarfaksi, dan semakin tajam tatkala Ho Chi Minh wafat. Faksionalisasi antarelite kekuasaan telah ada sejak Partai Komunis Vietnam masih Partai Pekerja Vietnam yang berdiri tahun 1951. Partai Pekerja Vietnam ini merupakan kelanjutan dari Partai Komunis Indocina yang didirikan oleh Ho Chi Minh. Ho Chi Minh berusaha mempersatukan dua kelompok yaitu kelompok Ho Chi Minh (mewakili komunis internasional) memimpin Front Viet Minh di perbatasan Vietnam-Tiongkok dan kelompok Truong Chinh (Ideolog muda yang radikal dan saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indocina) mempimpin jaringan bawah tanah partai dan delta Sungai Merah.
            Catatan singkat soal potret Vietnam masa kini dapat dibaca pada bab Mentap Vietnam Tekini. Dengan uraian yang dalam, Prof. Dr. Bambang Cipto menguatkan bahwa buku ini layak dibaca umum karena isinya mengurai bagaimana salah satu negara Asia Tenggara membangun ekonominya dari reruntuhan ideologi komunis yang semula anti asing dan anti kapitalisme menjadi pro kapitalisme. Bahkan Vietnam terus tumbuh dan berkembang di segala bidang, seperti infrastruktur, basis produksi, pertambangan, sektor jasa, dan pariwisata (hal 188).
            Kekurangan penulis dalam buku ini akan ditemukan ketika membaca daftar pustaka. Tidak ada referensi buku di atas tahun 2000-an. Hal ini dapat dimaklumi, karena buku ini adalah hasil skripsi penulis ketika menyelesaikan Strata-1 pada tahun 1998 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meskipun telah menambah bab 'Menatap Vietnam Kini' (hal 181), tetap saja kurang 'greget' karena berdasarkan riset pustaka ringan dengan sumber media populer (on line).

*peresensi adalah ketua Forum Masyarakat Literasi Indonesia Kabupaten Asahan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar