RESENSI
BELAJAR
DARI VIETNAM
Judul Buku : Revolusi di Sungai Merah;
Perjuangan Vietnam di Pusaran Kolonialisme
dan Globalisasi
Perjuangan Vietnam di Pusaran Kolonialisme
dan Globalisasi
Penulis : Agus Marwan
Penerbit : Ombak
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku : xx+204 halaman
ISBN :
978-602-258-439-1
Peresensi : Saufi
Ginting*
Sejarah masa lampau
diperoleh melalui proses penelitian yang dilakukan berdasarkan disiplin sejarah
atau ilmu sejarah sehingga mampu menemukan sumber-sumber yang tepat sesuai
dengan topik yang ditulis. Dalam usaha menyingkap sejarah, kita akan
mendapatkan sejarah sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi
dalam lingkup kehidupan manusia pada masa lampau yang akan meninggalkan
bukti-bukti sejarah.
Berlatar belakang Sarjana
Ilmu Politik jurusan Hubungan Internasional, Agus Marwan mengurai sejarah
Vietnam dengan apik. Maka pantas kalau dalam pengantarnya,
Prof. Dr. Bambang Cipto, Guru Besar bidang Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan bahwa buku ini pantas dibaca
oleh mahasiswa, wartawan, peneliti, dan dosen yang tertarik dengan dinamika
politik dan ekonomi negara Vietnam.
Buku
tulisan Agus Marwan yang berjudul 'Revolusi di Sungai Merah; Perjuangan Vietnam
di Pusaran Kolonialisme dan Globalisasi' dengan tebal 204 halaman ini, memberikan
gambaran yang mendalam tentang keberhasilan para pejuang kemerdekaan Vietnam
mengatasi konflik ideologi diantara kaum pergerakannya hingga era Globalisasi. Meskipun
tergolong bacaan yang 'berat' tapi menjadi menarik sebab memberikan informasi
bagaimana strategi perang gerilya, model gerakan bawah tanah, teknik sabotase,
cara merakit senjata sederhana, pola konsolidasi dan komunikasi antarpejuang,
siasat membangun markas perencanaan dan logistik di tengah rakyat, survive di hutan belantara, taktik
membangun media penyiaran nasional, dan strategi membangun komunikasi
internasional.
Secara
garis besar, buku ini mengurai tentang (1) sejarah revolusi, (2) Kebijakan Doi Moi, (3) Faksionalisasi internal
partai, dan (4) Catatan singkat soal potret Vietnam masa kini. Pada pembahasan
tentang sejarah revolusi, Vietnam dipenuhi banyak konflik dengan bangsa asing
yang menghasilkan gerakan kemerdekaan Vietnam. Terdapat dua kelompok pejuang di
Vietnam yang masing-masing sulit untuk bersatu dalam melawan Perancis. Pertama,
kelompok nasionalis. Kedua, kelompok sosialis komunis. Perjuangan kaum
nasionalis selalu gagal karena tidak memiliki pemimpin yang cakap dan
organisasi perjuangan yang tidak tertata rapi (hal 19). Sementara kaum sosialis-komunis tetap bertahan
dalam memimpin gerakan disebabkan oleh kecerdikan, keuletan, dan keunggulan
pemimpin utama mereka Nguyen Van Coong atau lebih dikenal dengan nama
samarannya Ho Chi Minh (hal 30).
Ada dua
peranan Ho Chi Minh yang sangat menonjol dalam memimpin pergerakan kemerdekaan
Vietnam. Pertama, secara Internal mampu menciptakan dan membentuk kader-kader
yang tangguh dan militan. Hal ini juga didukung oleh kemampuannya dalam
mengelola dan menata kerja organisasi perjuangannya. Kedua, secara eksternal
berjuang bersama dan atas nama rakyat yang tertindas untuk merebut kemerdekaan
tanah airnya (hal 31). Untuk lebih jelas mengenal siapa Ho Chi Minh, penulis
dengan detail menguraikan latar belakangnya hingga menjadi Marxis dan terlibat
dalam gerakan komunisme internasional pada halaman 32 s/d 38 dalam buku ini.
Kemenangan
Vietnam atas Amerika Serikat juga diuraikan dengan panjang lebar dalam buku ini
pada halaman 54 s/d 67. Termasuk membuat lorong-lorong bawah tanah tempat
pemusatan pertahanan Vietkong yang
dikenal dengan nama Cu Chi. Jaringan
terowongan bawah tanah Cu Chi begitu
rumit dan dibuat bertingkat-tingkat dengan terowongan-terowongan semu serta
lubang-lubang jebakan yang terkamuflase dengan rapi. Lorong ini menyediakan
hampir semua fasilitas pertempuran, seperti ruang istirahat atau tidur, dapur,
depot-depot penyimpanan material, pos pengintai dan penembakan dan perlengkapan
sistem komunikasi. Semakin menarik sebab penulis juga pernah menyusuri
terowongan ini pada tahun 2012.
Pembahasan
kedua tentang kebijakan Doi Moi. Kebijakan
Doi Moi merupakan gagasan Nguyen Van
Linh, orang Vietnam Utara yang lebih banyak melewatkan waktunya sebagai
pemimpin gerilyawan Vietkong di
Vietnam Selatan. Dalam bahasa Vietnam Doi
Moi disebut sebagai reformasi ekonomi. Reformasi ini secara garis besar terdiri
dari 9 aspek, yaitu (1) pembaharuan sistem pertanian, (2) liberalisasi harga,
(3) penurunan standar mata uang Vietnam (dong)
terhadap dolar, (4) penyesuaian nilai suku bunga, (5) pembaharuan fiskal, (6)
peningkatan sektor swasta (7) pembukaan bagi penanaman modal asing, (8)
pembaharuan sistem perdagangan, dan (9) pengaturan tunjangan sosial (hal
97-101). Walaupun Doi Moi telah
ditetapkan dalam kongres Partai ke-6, namun pelaksanaannya baru dimulai tahun
1987-1988. Pada awalnya arus pembaruan hanya dalam bidang ekonomi, akan tetapi
dalam praktiknya juga mempengaruhi masalah politik dalam negeri.
Faksionalisasi
merupakan pembahasa ketiga dalam buku ini yang dapat kita baca pada halaman 146
s/d 174. Sejarah faksionalisasi di tubuh partai terjadi karena persaingan
antarfaksi, dan semakin tajam tatkala Ho Chi Minh wafat. Faksionalisasi
antarelite kekuasaan telah ada sejak Partai Komunis Vietnam masih Partai
Pekerja Vietnam yang berdiri tahun 1951. Partai Pekerja Vietnam ini merupakan
kelanjutan dari Partai Komunis Indocina yang didirikan oleh Ho Chi Minh. Ho Chi
Minh berusaha mempersatukan dua kelompok yaitu kelompok Ho Chi Minh (mewakili
komunis internasional) memimpin Front Viet
Minh di perbatasan Vietnam-Tiongkok dan kelompok Truong Chinh (Ideolog muda
yang radikal dan saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis
Indocina) mempimpin jaringan bawah tanah partai dan delta Sungai Merah.
Catatan
singkat soal potret Vietnam masa kini dapat dibaca pada bab Mentap Vietnam
Tekini. Dengan uraian yang dalam, Prof. Dr. Bambang Cipto menguatkan bahwa buku
ini layak dibaca umum karena isinya mengurai bagaimana salah satu negara Asia
Tenggara membangun ekonominya dari reruntuhan ideologi komunis yang semula anti
asing dan anti kapitalisme menjadi pro kapitalisme. Bahkan Vietnam terus tumbuh
dan berkembang di segala bidang, seperti infrastruktur, basis produksi,
pertambangan, sektor jasa, dan pariwisata (hal 188).
Kekurangan
penulis dalam buku ini akan ditemukan ketika membaca daftar pustaka. Tidak ada
referensi buku di atas tahun 2000-an. Hal ini dapat dimaklumi, karena buku ini
adalah hasil skripsi penulis ketika menyelesaikan Strata-1 pada tahun 1998 di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meskipun telah menambah bab 'Menatap
Vietnam Kini' (hal 181), tetap saja kurang 'greget' karena berdasarkan riset
pustaka ringan dengan sumber media populer (on
line).
*peresensi adalah
ketua Forum Masyarakat Literasi Indonesia Kabupaten Asahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar